Rabu, 21 Oktober 2009

SEJARAH PERKEMBANGAN GAMELAN BALI

Perkembangan Karawitan Bali
Dalam periode tahun 1970 sampai dengan 1990an, seni karawitan Bali mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Kemajuan seni karawitan Bali pada waktu itu memperlihatkan dua sisi yang menarik dan sangat menentukan masa depan dari seni karawitan di daerah ini.

Di satu sisi telah terjadi penyebaran gamelan keseluruh Bali, bahkan keluar daerah serta keluar negeri. Kondisi ini diikuti oleh munculnya komposisi-komposisi karawitan baru yang semakin rumit dengan teknik permainan yang semakin kompleks.

Di sisi lain terlihat terjadinya perubahan ekspresi musikal dan pembaruan gaya-gaya musik lokal. Di Bali dewasa ini hampir setiap desa telah memiliki gamelan. Banyak desa bahkan memiliki 2 - 3 barungan gamelan. Namun demikian tidak dapat dipungkiri lagi bahwa jenis gamelan yang paling baik perkembangannya adalah Gong Kebyar. Kiranya hal ini disebabkan oleh keberadaan daripada barungan gamelan ini yang serba guna dan yang paling sesuai dengan selera masyarakat banyak terutama kalangan generasi muda.

Ada bebrapa contoh yang dapat dijadikan bukti terhadap perkembangan Gong Kebyar ini. Di desa Singapadu sebuah desa di Kabupaten Gianyar misalnya, hingga sekitar akhir tahun 1960 hanya ada 1 barung Gong Kebyar dan 7 barung gamelan Geguntangan atau Paarjan. Dua puluh tahun kemudian di desa yang terdiri dari 13 banjar dinas ini telah ada 6 barung Gong Kebyar dan 2 barung Geguntangan. Jumlah ini masih perlu ditambah 2 barung Gong Kebyar yang dimiliki oleh sanggar atau sekaa pribadi. Di kota-kota besar diluar Bali seperti Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta juga telah berdiri group musik dan gamelan Bali. Dapat dipastikan bahwa gamelan yang dimiliki oleh group-group ini adalah gamelan Gong Kebyar.

Di tingkat Internasional, gamelan Bali (Gong Kebyar, Semar Pagulingan dan Gender Wayang) sudah tersebar ke Eropa, Jerman, Australia, Jepang, Canada, India dan mungkin yang terbanyak ke Amerika Serikat. Walaupun kebanyakan dari barungan gamelan Bali ini ditempatkan di perwakilan RI, ataupun universitas-universitas, semakin banyak group-group swasta dan perorangan yang memiliki gamelan sendiri. Group Sekar Jaya El Ceritto, California, Giri Mekar di Woodstock, New York (keduanya di Amerika Serikat), dan group Sekar Jepun di Tokyo Jepang adalah beberapa group kesenian asing yang hingga kini masih aktif. Menjadi semakin kompleksnya komposisi gamelan Bali yang diwarnai dengan melodi serta teknik cecadetan yang semakin rumit.

Belakangan ini muncul komposisi-komposisi musik baru yang menampilkan melodi yang lincah dan mempergunakan banyak nada. Hal ini sangat berbeda dengan gending-gending dari masa lampau yang melodi-melodinya sangat sederhana, mempergunakan beberapa nada saja dan berisikan banyak pengulangan. Pola-pola cecadetan yang muncul belakangan ini sudah banyak memakai pola ritme/ hitungan tidak ajeg seperti tiga, lima atau tujuh.

Dalam komposisi lama, dalam gender wayang sekalipun pola ritme/ hitungan ajeg sangat dominan. Perubahan ini juga diikuti oleh masuknya jenis pukulan rampak dan keras, yang datangnya secara tiba- tiba seperti yang terjadi pada Gong Kebyar. Tambah lagi ekspresi musikal hampir semua gamelan Bali menjadi "ngebyar" (meniru Gong Kebyar). Nampaknya perubahan ini besar kaitannya dengan adanya pengaruh gamelan Gong Kebyar.

Kecenderungan yang lain adalah pengembangan barungan dengan cara menambah beberapa instrumen baru. Gejala ini yang terlihat dalam pengembangan gamelan Geguntangan, munculnya Adi Merdangga dan gamelan pengiring sendratari. Hal ini kiranya berkaitan dengan munculnya stage-stage pementasan besar dengan penonton yang berada jauh dari arena pentas (tempat menari). Agar musik dapat didengar oleh penonton yang berada di kejauhan ini, maka penambahan instrumen menjadi perlu selain menggunakan sistem amplifikasi. Misalnya saja pada tahun 1970, gamelan Geguntangan adalah suatu barungan kecil yang menimbulkan suara lembut merdu. Kini Geguntangan sudah dilengkapi dengan beberapa buah kulkul, dengan beberapa instrumen bilah seperti cuing dan lain-lain. Ada kecenderungan bahwa perkembangan seni Karawitan Bali lebih didominir oleh gaya Bali Selatan.

Seni Karawitan sebagaimana halnya kesenian Bali lainnya, juga meliputi dua gaya daerah : Bali utara dan Bali Selatan. Perbedaan antara kedua gaya ini tampak jelas dalam tempo, dinamika dan ornamentasi dari pada tabuh- tabuh dari masing-masing gaya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk tempo tabuh-tabuh Bali Utara cenderung lebih cepat dari yang di Bali Selatan. Hal ini juga menyangkut masalah dinamika di mana tanjakan dan penurunan tempo musik Bali Utara lebih tajam daripada Bali Selatan. Namun demikian, ornamentasi tabuh-tabuh Bali Utara cenderung lebih rumit daripada Bali Selatan. Akhir-akhir ini tabuh-tabuh gaya Bali Utara terasa semakin jarang kedengarannya, sebaliknya tabuh-tabuh Bali Selatan semakin keras gemanya. Semua yang sudah diuraikan di atas mengisyaratkan kemajuan karawitan Bali baik secara kuantitas maupun kwalitas. Ada kecendrungan bahwa di masa yang akan datang seni karawitan Bali, khususnya instrumental yang didominir oleh gamelan Gong Kebyar dan ekspresi "ngebyar" akan masuk ke jenis-jenis gamelan non-Kebyar. Sementara karawitan gaya Bali Utara dan Selatan akan berbaur menjadi satu (mengingat pemusik kedua daerah budaya ini sudah semakin luluh), gamelan klasik seperti Semar Pagulingan nampaknya akan bangkit kembali.

Di masa yang akan datang, bentuk-bentuk seni karawitan dan barungan gamelan Bali baru akan terus bermunculan. Adanya "kebiasaan" dikalangan seniman Bali untuk terus mencoba, mencari dan menggali ide-ide baru, baik dari dalam seni budaya tradisi mereka maupun dari unsur luar yang senafas, sangat memungkinkan akan terwujudnya perkembangan seni karawitan Bali yang lebih baik di masa yang akan datang.

By Penget .SPd.Mus

MUSIK ANGKLUNG By Penget MSPd.Mus

Sejarah Angklung Indonesia
Angklung adalah mitologi dari Bahasa Bali, yaitu Ang yang berarti angka (berupa not) dan klung yang berarti rusak. Jadi, jika digabungkan angklung berarti angka yang rusak.

Dalam sejarah perkembangan musik Angklung, bentuknya yang sekarang merupakan adaptasi bentuk alat musik dari Filipina.

Perkembangan musik angklung pada mulanya yaitu berasal dari bambu wulung (wulung awi) yang dimainkan dengan cara dipukul-pukul. Permainan bambu tersebut bermula untuk menghormati binatang totem dan untuk menghormati dan menghargai pemberian hasil panen padi yang banyak dan baik dari Dewi Sri yang dipercaya sebagai dewi yang memberikan kesejahteraan.

Dalam perkembangannya musik angklung perlahan mulai berubah dan beradaptasi dengan perkembangan jamannya. Mulai dari jaman dimana manusia memanfaatkan bambu sebagai alat utama mereka untuk bertahan hidup, masuknya budaya China, penyiaran agama Islam, masuknya budaya barat ke Indonesia, sampai pada jaman modern ini.
Pada masa modern ini, perkembangan musik angklung mulai berubah. Itu berawal dari Daeng Sutisna yang berhasil mengubah tangga nada petatonis menjadi diatonis (do,re,mi,fa,sol,la,si,do) pada tahun 1983. Dan perkembangan itu pun terjadi, misalnya pada KTT Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat. Musik Angklung modern dimainkan untuk acara resmi dalam Indonesia Ultimate Diversity tersebut, yaitu dalam lagu Indonesia Raya dan beberapa lagu daerah yang terkenal seperti Rasa Sayange, Ayo Mama, Burung Kakak Tua dan Bebek Angsa.

Pada jaman yang modern ini pula, kita masih dapat bersuka cita merasakan uniknya musik angklung di suatu saung angklung yaitu Saung Angklung Udjo (SAU) D i Bandung, Jawa Barat, tepatnya di Jl. Padasuka 118 Bandung. Saung Angklung Udjo, merupakan angsana singgasana angklung terbesar di dunia yang merupakan mahakarya dari Udjo Ngalagena, yang dibangun pada tahun 1961.

Angklung yang terbuat dari bambu hitam (wulung) tersebut merupakan angklung bertangga nada diatonis yang dapat memainkan melodi lagu-lagu tradisional maupun modern, serta dapat mengiringi melodi-melodi lagu tersebut.

Jadi, berbanggalah kita sebagai orang Indonesia yang memiliki maha karya yang dibuat bukan dari jiplakan melainkan, dari perjuangan nenek moyang kita dalam berkesenian dan menciptakan suatu kesenian tersebut. Apalagi, sekarang angklung merupakan alat musik yang universal dikalangan negara-negara se- Asia Tenggara, Asia Timur bahkan Amerika Serikat. Jadi, kita musti tahu diri, dan wajib berterima kasih pada pendahulu angklung dengan cara melestarikan musik tersebut dalam kehidupan kita sekarang ini, jangan sampai nenek moyang kita menangis melihat buah karyanya diambil orang lain secara ilegal dan dilipakan secara mentah oleh anak cucunya sendiri. Jangan sampai angklunmg kalah dengan alat-alat musik modern, alat band dan lain-lain. Angklung uga bisa modern loh, seperti mereka, dengn memainkannya bersama, kompak, dengan melodi dan struktur komposisi nada yang indah.

MUSIK CAMPURSARI By Penget SPdMUS.

MUSIK campur sari pernah tumbuh bagai cendawan di musim hujan (kemruyuk :Jawa), namun kini bagai di telan bumi. Mengapa ? Pertanyaan tersebut akhir-akhir ini terus bermunculan, seiring tenggelamnya musik campursari.

Pertanyaan tersebut sangat layak mengemuka, karena beberapa tahun silam musik campursari sempat menjadi fenomena di blatika musi Indonesia, setelah mendapat sentuhan dari Manthous. Sementara itu, para pengelola grup campursari saat ini mengeluh karena setiap kali pentas hampir selalu 'diganggu' oleh ulah sekelompok kecil penonton yang membuat pementasan menjadi kacau. Akhirnya masyarakat mulai enggan menanggap campursari.

Setelah hampir 20 tahun menjadi fenomena, eksistensi musik campursari saat ini dinilai perlu dipertanyakan kembali. Banyak musisi campursari mengatakan bahwa jenis musik ini sedang mengalami stagnasi. Di sisi lain, para pemerhati menyayangkan adanya gejala para musisi campursari yang selama ini mengabaikan nilai-nilai keadiluhungan dan ruh campursari.

Nilai-nilai keadiluhungan campursari sebagai musik kreasi yang berangkat dari seni tradisi (Jawa), di antaranya terlihat dari pola sajian musik, pola garap serta kostum para musisi maupun penyanyi. "Agar nilai-nilai keadiluhungan tetap terasa, seharusnya ruh campursari jangan terabaikan," kata pemerhati seni tradisi sekaligus pakar musik etnis, Drs Sumaryono MA.

Menurutnya, dalam perkembangannya saat ini memang hanya beberapa musisi campursari yang tetap mempertahankan ruh campursari. Sedangkan sebagian besar musisi campursari justru mengabaikan ruh tersebut, sehingga yang muncul kemudian keonaran dalam berbagai pentas musik campursari.
Disebutkan, ruh musik campursari adalah nilai-nilai kearifan lokal yang tetap melekat pada musik campursari (intrumen, kostum, dan lagu-lagunya).

"Ketika identitas atau ruh tersebut terabaikan, musik campursaripun akan semakin jauh dari keinginan luhur para pelopor musik campursari, khususnya cita-cita Manthous sebagai maestro musik campursari," tegas Drs Sumarono MA dalam sarasehan Campursari di Taman Budaya Yogyakarta, belum lama ini.

Sebenarnya, Manthous pada tahun pada akhir dekade 90-an lalu juga sudah menegaskan bahwa penggabungan unsur pentatonis dan diatonis dalam musik campursari tidak asal campur, tetapi pencampuran dua unsur musik tersebut harus bener dan pener.? Karena itu, musisi campursari selalu dituntut memiliki kreativitas untuk mencari lagu-lagu yang benar-benar dapat dicampursarikan. Sebab, penggarapan karya dan penyajian campursari yang asal-asalan dan mengabaikan nilai-nilai adiluhung justru akan menjerumuskan musik campursari ke jurang degradasi keadiluhungan seni tradisi.

Menurut Manthous saat itu, musik campursari ditemukan melalui perjalanan panjang dan tahapan-tahapan untuk mematangkan jenis baru musik tersebut. Meskipun campursari merupakan gabungan unsur pentatonis dan pentatonis, campursari bukanlah langgam, bukan keroncong, bukan karawitan, bukan dangdut, juga bukan musik popo. Musik campuirsari adalah campursari, sekaligus fenomena yang sedang berkembang seiring perkembangan pola pikir masyarakat, dari kultur agraris menuju pola pikir industri.

Dalam Sarasehahan 'Arah Depan Musik Campursari' di Taman Budaya Yogyakarta? yang diselenggarakan oleh Asosiasi Campursari Indonesia (ACSI), awal April lalu, sejumlah kecemasan mengenai masa depan campursari juga mengemuka.

Penasihat ACSI, Drs Hari Sanjojo Malangjoedo MSi mengetakan, kendala terbesar yang dihadapi pelaku musik campursari, sebagian besar datang dari dalam diri mereka sendiri. Pertama, masih belum berkembangnya jiwa enterpreneur. Kedua, etos kerja yang belum beradaptasi dengan watak industri hiburan. Ketiga, kesadaran komunikasi untuk memenuhi kebutuhan publik? dan promosi masih sangat terbatas.

Disamping itu, sebagian besar kelompok campursari diniatkan sebagai sarana komunikasi sosial semata, bukan untuk tujuan komersial. Grup-grup campursati umumnya hanya untuk menjaga kerapatan kultural dalam lingkungan sosial. Karena itu perkembangan musik campursari memberi dampak sosial luar biasa, khususnya dalam memberi wadah berhibur masyarakat.

Dalam kaitan nilai tambah ekonomi, Drs Sumaryono MA mengatakan bahwa jauh sebelum para ahli memunculkan gagasan tentang ekonomi kreatif, para musisi campursari telah membuktikan keberhasilan menjual ekonomi kreatif.

Terpisah, pencipta dan penyanyi lagu pop Jawa, Didi Kempot mengakui, berkibarnya musik campursari pada tahun 1990-an bisa menjadi tonggak sejarah kebangkitan musik lagu-lagu Jawa. Lagu-lagu campursari karya Manthous yang terkenal di antaranya Gethuk, Nyidham Sari, Randha Kempling

, dan Mbah Dhukun

. Setelah Manthous suskes, kemudian terus bermunculan grup campursari di Jateng-DIY dan luar Jawa. Nama Didi Kempot juga sempat melejit lewat lagu pop Jawa Stasiun Balapan

dan Sewu Kutha

.

Sekitar 15 sampai 20 tahun lalu, hampir di semua kecamatan (khususnya di DIY) ada grup campursari. Bahkan jenis-jenis kesenian lain juga terkena 'wabah' campursari, sehingga lahirlah ketoprak campursari, jatilan campursari, angguk campursari, lengger campursari, dan kesenian campursari lainnya. Semua diberi label campursari, dan semuanya laris manis di pasaran.

Didi Kempot juga mengakui bahwa upaya Manthous memopulerkan musik campursari sampai digandrungi masyarakat Indonesia di Jawa maupun luar Jawa, memang sangat hebat. Salah satunya karena jasa Manthous, musik campursari juga digemari masyarakat Suriname. Karena itu, aksi kepedulian Kelik Pelipur Lara dan Endah Saraswati bersama Komunitas Lembaga Bantuan Humor (Elbeha), yang didukung sejumlah seniman Yogya-Solo, 20 April lalu di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta, layak didukung dan dikembangkan untuk saling peduli antarseniman. Bukan hanya peduli kepada Sang Maestro Campursari Manthous.

Menurutnya, musik campursari yang digulirkan Manthous sempat melejit di blantika musik di Indonesia, bukan hanya lantaran perusahaan rekaman Dasa Record memroduksi lagu campursari. Namun banyak seniman tradisi yang kemudian berkiprah di musik campursari, dan ikut panen rejeki. Di antaranya dalang, pengrawit, waranggana, penyanyi dangdut, hingga pengamen jalanan.

"Ketika saya masih mengais rejeki, mengamen di Solo dan kawasan Jalan Malioboro Yogya, juga ikut kecipratan rejeki karena sering membawakan lagu Gethuk

karya Mas Manthous," ungkap Didi Kempot di sela pentas di Taman Budaya Yogya. (Joko Budhiarto).
?

SEJARAH PERKEMBANGAN GAMELAN JAWA

endahuluan
Bagi masyarakat Jawa khususnya, gamelan bukanlah sesuatu yang asing dalam kehidupan kesehariannya. Dengan kata lain, masyarakat tahu benar mana yang disebut gamelan atau seperangkat gamelan. Mereka telah mengenal istilah 'gamelan', 'karawitan', atau 'gangsa'. Namun barangkali rnasih banyak yang belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri, sejak kapan gamelan mulai ada di Jawa?.

Seorang sarjana berkebangsaan Belanda bernama Dr. J.L.A. Brandes secara teoritis mengatakan bahwa jauh sebelum datangnya pengaruh budaya India, bangsa Jawa telah rnemiliki ketrampilan budaya atau pengetahuan yang mencakup 10 butir (Brandes, 1889):
(1) wayang,
(2) gamelan,
(3)ilmu irama sanjak,
(4) batik,
(5) pengerjaan logam,
(6) sistem mata uang sendiri,
(7) ilmu teknologi pelayaran,
(8) astronomi,
(9) pertanian sawah,
(10) birokrasi pemerintahan yang teratur

Sepuluh butir ketrampilan budaya tersebut bukan dari pemberian bangsa Hindu dari India. Kalau teori itu benar berarti keberadaan gamelan dan wayang sudah ada sejak jaman prasejarah. Namun tahun yang tepat sulit diketahui karena pada masa prasejarah masyarakat belum mengenal sistem tulisan. Tidak ada bukti-bukti tertulis yang dapat dipakai untuk melacak dan merunut gamelan pada masa prasejarah.

Gamelan adalah produk budaya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kesenian. Kesenian merupakan salah satu unsur budaya yang bersifat universal. Ini berarti bahwa setiap bangsa dipastikan memiliki kesenian, namun wujudnya berbeda antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Apabila antar bangsa terjadi kontak budaya maka keseniannya pun juga ikut berkontak sehingga dapat terjadi satu bangsa akan menyerap atau mengarn bila unsur seni dari bangsa lain disesuaikan dengan kondisi seternpat. Oleh karena itu sejak keberadaan gamelan sampai sekarang telah terjadi perubahan dan perkembangan, khususnya dalam kelengkapan ansambelnya.

Istilah “karawitan” yang digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan banyak dipakai oleh kalangan masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami perkembangan penggunaan maupun pemaknaannya. Banyak orang memaknai "karawitan" berangkat dari kata dasar “rawit” yang berarti kecil, halus atau rumit. Konon, di lingkungan kraton Surakarta, istilah karawitan pernah juga digunakan sebagai payung dari beberapa cabang kesenian seperti: tatah sungging, ukir, tari, hingga pedhalangan (Supanggah, 2002:5¬6).

Dalarn pengertian yang sempit istilah karawitan dipakai untuk menyebut suatu jenis seni suara atau musik yang mengandung salah satu atau kedua unsur berikut (Supanggah, 2002:12):
(1) menggunakan alat musik gamelan - sebagian atau seluruhnya baik berlaras slendro atau pelog - sebagian atau semuanya.
(2) menggunakan laras (tangga nada slendro) dan / atau pelog baik instrumental gamelan atau non-gamelan maupun vocal atau carnpuran dari keduanya.

Gamelan Jawa sekarang ini bukan hanya dikenal di Indonesia saja, bahkan telah berkembang di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Canada. Karawitan telah 'mendunia'. Oleh karna itu cukup ironis apabila bangsa Jawa sebagai pewaris langsung malahan tidak mau peduli terhadap seni gamelan atau seni karawitan pada khususnya atau kebudayaan Jawa pada umumnya. Bangsa lain begitu tekunnya mempelajari gamelan Jawa, bahkan di beberapa negara memiliki seperangkat gamelan Jawa. Sudah selayaknya masyarakat Jawa menghargai karya agung nenek moyang sendiri.

Sumber data tentang gamelan
Kebudayaan Jawa setelah masa prasejarah memasuki era baru yaitu suatu masa ketika kebudayaan dari luar -dalam hal ini kebudayaan India- mulai berpengaruh. Kebudayaan Jawa mulai memasuki jaman sejarah yang ditandai dengan adanya sistem tulisan dalam kehidupan masyarakat. Dilihat dari perspektif historis selama kurun waktu antara abad VIll sampai abad XV Masehi kebudayaan Jawa, mendapat pengayaan unsur-unsur kebudayaan India. Tampaknya unsur-unsur budaya India juga dapat dilihat pada kesenian seperti gamelan dan seni tari. Transformasi budaya musik ke Jawa melalui jalur agama Hindu-Budha.

Data-data tentang keberadaan gamelan ditemukan di dalam sumber verbal yakni sumber - sumber tertulis yang berupa prasasti dan kitab-kitab kesusastraan yang berasal dari masa Hindu-Budha dan sumber piktorial berupa relief yang dipahatkan pada bangunan candi baik pada candi-candi yang berasal dari masa klasik Jawa Tengah (abad ke-7 sampai abad ke-10) dan candi-candi yang berasal dari masa klasik Jawa Timur yang lebih muda (abad ke-11 sampai abad ke¬15) (Haryono, 1985). Dalam sumber-sumber tertulis masa Jawa Timur kelompok ansambel gamelan dikatakan sebagai “tabeh - tabehan” (bahasa Jawa baru 'tabuh-tabuhan' atau 'tetabuhan' yang berarti segala sesuatu yang ditabuh atau dibunyikan dengan dipukul). Zoetmulder menjelaskan kata “gamèl” dengan alat musik perkusi yakni alat musik yang dipukul (1982). Dalam bahasa Jawa ada kata “gèmbèl” yang berarti 'alat pemukul'. Dalam bahasa Bali ada istilah 'gambèlan' yang kemudian mungkin menjadi istilah 'gamelan'. Istilah 'gamelan' telah disebut dalam kaitannya dengan musik. Namur dalam masa Kadiri (sekitar abad ke¬13 Masehi), seorang ahli musik Judith Becker malahan mengatakan bahwa kata 'gamelan' berasal dari nama seorang pendeta Burma dan seorang ahli besi bernama Gumlao. Kalau pendapat Becker ini benar adanya, tentunya istilah 'gamelan' dijumpai juga di Burma atau di beberapa daerah di Asia Tenggara daratan, namun ternyata tidak.

Gambaran instrument gamelan pada relief candi
Pada beberapa bagian dinding candi Borobudur dapat 17 dilihat jenis-jenis instrumen gamelan yaitu: kendang bertali yang dikalungkan di leher, kendang berbentuk seperti periuk, siter dan kecapi, simbal, suling, saron, gambang. Pada candi Lara Jonggrang (Prambanan) dapat dilihat gambar relief kendang silindris, kendang cembung, kendang bentuk periuk, simbal (kècèr), dan suling.

Gambar relief instrumen gamelan di candi-candi masa Jawa Timur dapat dijumpai pada candi Jago (abad ke -13 M) berupa alat musik petik: kecapi berleher panjang dan celempung. Sedangkan pada candi Ngrimbi (abad ke - 13 M) ada relief reyong (dua buah bonang pencon). Sementara itu relief gong besar dijumpai di candi Kedaton (abad ke-14 M), dan kendang silindris di candi Tegawangi (abad ke-14 M). Pada candi induk Panataran (abad ke-14 M) ada relief gong, bendhe, kemanak, kendang sejenis tambur; dan di pandapa teras relief gambang, reyong, serta simbal. Relief bendhe dan terompet ada pada candi Sukuh (abad ke-15 M).

Berdasarkan data-data pada relief dan kitab-kitab kesusastraan diperoleh petunjuk bahwa paling tidak ada pengaruh India terhadap keberadaan beberapa jenis gamelan Jawa. Keberadaan musik di India sangat erat dengan aktivitas keagamaan. Musik merupakan salah satu unsur penting dalam upacara keagamaan (Koentjaraningrat, 1985:42-45). Di dalam beberapa kitab-kitab kesastraan India seperti kitab Natya Sastra seni musik dan seni tari berfungsi untuk aktivitas upacara. keagamaan (Vatsyayan, 1968). Secara keseluruhan kelompok musik di India disebut 'vaditra' yang dikelompokkan menjadi 5 kelas, yakni: tata (instrumen musik gesek), begat (instrumen musik petik), sushira (instrumen musik tiup), dhola (kendang), ghana (instrumen musik pukul). Pengelompokan yang lain adalah:
(1) Avanaddha vadya, bunyi yang dihasilkan oleh getaran selaput kulit karena dipukul.
(2) Ghana vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran alat musik itu sendiri.
(3) Sushira vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran udara dengan ditiup.
(4) Tata vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran dawai yang dipetik atau digesek.

Klasifikasi tersebut dapat disamakan dengan membranofon (Avanaddha vadya), ideofon (Ghana vadya), aerofon (sushira vadya), kordofon (tata vadya). Irama musik di India disebut “laya” dibakukan dengan menggunakan pola 'tala' yang dilakukan dengan kendang. Irama tersebut dikelompokkan menjadi: druta (cepat), madhya (sedang), dan vilambita (lamban).

BY .PENGET MSPDMUS.

TEKNIK VOKAL

TEKNIK VOCAL adalah : Cara memproduksi suara yang baik dan benar, sehingga suara yang keluar terdengar jelas, indah, merdu, dan nyaring.

UNSUR-UNSUR TEKNIK VOCAL :

1. Artikulasi, adalah cara pengucapan kata demi kata yang baik dan jelas.
2. Pernafasan adalah usaha untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya, kemudian disimpan, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit sesuai dengan keperluan.

Pernafasan di bagi tiga jenis, yaitu :

Pernafasan Dada: cocok untuk nada-nada rendah, penyanyi mudah lelah.

Pernafasan Perut: udara cepat habis, kurang cocok digunakan dalam menyanyi, karena akan cepat lelah.

Pernafasan Diafragma: adalah pernafasan yang paling cocok digunakan untuk menyanyi, karena udara yang digunakan akan mudah diatur pemakaiannya, mempunyai power dan stabilitas vocal yang baik.

1. Phrasering adalah : aturan pemenggalan kalimat yang baik dan benar sehingga mudah dimengerti dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
2. Sikap Badan : adalah posisi badan ketika seseorang sedang nyanyi, bisa sambil duduk, atau berdiri, yang penting saluran pernafasan jangan sampai terganggu.
3. Resonansi adalah : usaha untuk memperindah suara dengan mefungsikan rongga-rongga udara yang turut bervibrasi/ bergetar disekitar mulut dan tenggorokan.
4. Vibrato adalah : Usaha untuk memperindah sebuah lagu dengan cara memberigelombang/ suara yang bergetar teratur, biasanya di terapkan di setiap akhir sebuah kalimat lagu.
5. Improvisasi adalah usaha memperindah lagu dengan merubah/menambah sebagian melodi lagu dengan profesional, tanpa merubah melodi pokoknya.
6. Intonasi adalah tinggi rendahnya suatu nada yang harus dijangkau dengan tepat.

Syarat-syarat terbentuknya Intonasi yang baik :

Pendengaran yang baik

Kontrol pernafasan

Rasa musical.

NADA adalah bunyi yang memiliki getaran teratur tiap detiknya.

SIFAT NADA ADA 4 (EMPAT) :

1. FITCH yaitu ketepatan jangkauan nada.
2. DURASI yaitu lamanya sebuah nada harus dibunyikan
3. INTENSITAS NADA yaitu keras,lembutnya nada yang harus dibunyikan.
4. TIMBRE yaitu warna suara yang berbeda tiap-tiap orang.

AMBITUS SUARA adalah luas wilayah nada yang mampu dijangkau oleh seseorang.

Seorang penyanyi professional harus mampu menjangkau nada-nada dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi sesuai dengan kemampuannya.

CRESCENDO adalah suara pelan berangsur-angsur keras.

DESCRESCENDO adalah suara keras berangsur-angsur pelan.

STACATO adalah suara dalam bernyanyi yang terpatah-patah.

SUARA MANUSIA DIBAGI 3 (TIGA) :

1. Suara Wanita Dewasa ;

Sopran (suara tinggi wanita)

Messo Sopran (suara sedang wanita)

Alto (suara rendah wanita)

1. Suara Pria Dewasa :

Tenor (suara tinggi pria)

Bariton (suara sedang pria)

Bas (suara rendah pria)

1. Suara Anak-anak :

Tinggi

Rendah.



BY PENGET MSPd

Kamis, 08 Oktober 2009

Musik Tradisi gamelan Gamelan adalah alat musik khas dari daerah pulau jawa yang sebagian besar termasuk alat musik ritmis idiophone yang terbuat dari logam jenis perunggu. Dalam perkembangannya musik gamelan jawa digunakan untuk penyambutan tamu tamu kerajaan! Kini musik gamelan jawa sangat diminati oleh bangsa-bangsa barat terbukti banyaknya orang orang barat yang datang ke Indonesia untuk belajar musik gamelan!Mengapa kita tidak?Eronis sekali!

penget: Ratu Adil

penget: Ratu Adil

Ratu Adil

Ratu adil adalah seorang pemimpin yang amanah pada rakyatnya .Seperti yang dicontohkan rosul Muhammad SAW.Jikalau Para Pemimpin tidak amanah maka Laknatlah seisi bumi ini!Marilah kita bentengi diri kita sebelum bumi ini dihapuskan Oleh sang Pencipta!!Hati - hati dengan harta ,tahta yang memicu ketidak tenteraman di antara kita!Saling berebut dan saling menindas!Waspadaialah!!!Hanya Keadilan allah Yang kita saksikan bersama dengan linangan darah dan airmata yang sudah tak berguna lagi.Kami rindu akan pemimpin yang adil dan bijak tahu akan keadaan masyarakat yang sebenarnya~!

Rabu, 07 Oktober 2009

Gempa

Gempa merupakan peristawa alam yang sering terjadi pada daerah daerah yang dilalui oleh gunung gunung berapi atau daerah vulkano.Di wilayah kita yang dilingkari oleh cincin api raksa /benua yang terdiri lempengan lempengan bumi yang setiap saat dapat putus dan menimbulkan gempa yang maha dasya!Lempengan itu pegunungan sirkumpasivik dan mideterania! Jangan kota pulaupun akan hilang jika terjadi patahan! Marilah kita selalu berdoa dan selalu waspada pada terhadap proses alam. Tiada kekuatan lain di bumi yang dapat mengendalikan proses perubahan alam kecuali Sang Maha Pencipta! Semoga kita terhindar dari bencana ini amin!